Legenda Dewa Harem

Chapter 328: Pertunjukan Utama Telah Dimulai



Mendengar teriakan orang-orang yang berlarian ketakutan, hati Randika mulai terbakar oleh amarah.

Dia sangat membenci orang yang menarget orang tidak bersalah seperti ini. Memang dia menyandang nama Ares karena telah membunuh orang yang begitu banyak tetapi sama sekali tidak ada setetes darah orang tidak bersalah yang menodai tangannya.

Oleh karena itu, aura membunuh Randika keluar dengan hebat. Dia akan membunuh orang yang biadab ini!

Pada saat ini, gedung ini masih bergoyang-goyang dan lampu-lampu yang memberikan mereka penerangan itu satu per satu mulai jatuh dan pecah. Keadaan gelap ini semakin membuat orang ketakutan dan mereka segera berbondong-bondong ingin segera keluar dari gedung ini.

Namun pada saat ini, Randika memikirkan Inggrid yang berada di lantai paling atas. Hatinya itu segera mengepal.

"Jika musuh mengincarku, sudah pasti dia mengincar Inggrid juga. Sialan, Inggrid berarti dalam bahaya!" Dalam sekejap, hati Randika itu menjadi khawatir.

"Vi, kamu dan yang lain harus tetap di dalam ruangan. Jangan khawatir, gedung ini tidak akan roboh. Kalian harus tetap di dalam ruangan kalau tidak kalian bisa terkena pecahan kaca." Kata Randika dengan cepat. "Sembunyilah di bawah meja."

Setelah berkata seperti itu, Randika berlari keluar dengan sekuat tenaga.

"Randika!" Viona dengan cepat meneriaki nama Randika. Tetapi sosok pria yang dicintainya itu sudah menghilang dan meninggalkan dirinya, hatinya langsung dingin. Dia tidak tahu ke mana perginya Randika.

"Pak Randika mau ke mana?" Tanya teman Viona yang berwajah pucat itu. Dia jelas belum pernah mengalami kejadian ini jadi dia sudah ketakutan dari sejak awal gempa.

"Kata-kata pak Randika tadi benar. Kita lebih baik bersembunyi di bawah meja dan tidak keluar dari ruangan. Ledakan yang terjadi tadi seharusnya sudah dilihat oleh banyak orang dan bantuan akan segera datang. Lebih baik kita menunggu di sini sampai bantuan tiba untuk menyelamatkan kita." Kata Kelvin dengan nada yang menenangkan.

Orang-orang dalam ruangan ini setuju dengan penilaian Kelvin. Pada saat yang sama, Randika berlari menuju ruangannya Inggrid dengan cepat. Di saat dia berusaha mencapai tangga darurat, ratusan orang berusaha lari ke bawah untuk dapat keluar dari gedung secepat mungkin.

Karena alasan keamanan, lift telah berhenti beroperasi maka satu-satunya jalan keluar adalah tangga darurat. Oleh karena itu, tangga darurat ini menjadi penuh oleh orang.

"Larilah ke bagian selatan, di sana aman!" Randika berteriak ke arah kerumunan orang yang menghalanginya itu. Tetapi para massa yang panik ini jelas tidak mendengarnya karena mereka sibuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Lagipula buat apa mereka tetap tinggal di gedung ini? Kalau roboh bagaimana?

Kata-kata Randika ini masuk akal. Bagian selatan gedung tidak banyak terbuat dari kaca jadi titik yang paling aman adalah bagian selatan gedung. Lagipula pengeboman ini sama sekali tidak mengincar fondasi gedung jadi tidak mungkin gedung ini akan roboh meskipun gedung bergoyang.

Pada saat ini, keadaan masih kacau balau tanpa arahan yang jelas. Randika sendiri masih berusaha melewati lautan manusia itu menuju ke lantai atas.

Di dalam lift sendiri terdapat orang-orang yang terjebak di dalamnya; mereka menaiki lift ini sebelum bom pertama kali meledak. Ketika bom pertama meledak, lift ini berhenti bergerak dan mereka terjebak di dalamnya. Mereka gemetaran di dalam ruangan kecil itu dan berdoa lift yang mereka naiki itu tidak akan terjun bebas menewaskan mereka.

Belum lagi mereka terus mendengar suara ledakan tanpa henti, nasib mereka sepertinya sudah jelas!

Randika masih berusaha berlari ke lantai ruangan Inggrid berada. Setelah menaiki 2 lantai, keadaan menjadi lebih baik karena orang-orang di lantai atas sudah berbondong-bondong keluar daritadi.

Randika sama sekali tidak ragu, apa pun yang terjadi dia akan menyelamatkan Inggrid. Karena dia sedang terburu-buru, dia tidak menyadari adanya sosok tas kecil berwarna hitam di aula koridornya.

Dari gedung seberang, Anna dengan teropongnya itu melihat sosok Randika yang berlari. Wajahnya langsung tersenyum lebar. "Akhirnya kamu datang juga? Aku kira kamu sudah lari meninggalkan perempuan itu."

Anna tidak ragu-ragu menekan tombol detonasi yang ada di tangannya. Mendadak, aula koridor yang dilewati Randika tadi meledak dengan hebat. Api langsung menelan koridor dan tangga sehingga menutupi jalur kabur Randika!

Ditambah lagi, atap dari aula koridor itu runtuh dan menghalangi jalan.

Tidak peduli dengan hal tersebut, Randika masih berlari menuju ruangan Inggrid berada. Sesampainya di sana, dia menendang keras pintunya dan menemukan Inggrid sedang duduk di kursinya.

Pada saat ini, Inggrid sendiri sebenarnya ketakutan tetapi karena dia sudah mengalami situasi hidup dan mati bersama Randika, perempuan itu tetap terlihat tenang meskipun wajahnya pucat pasi.

Melihat Inggrid yang masih hidup, Randika menghembuskan napas lega. Pada saat ini, tatapan mata Anna terlihat berbinar-binar.

Sekali lagi dia menekan tombol detonasi di tangannya. Dalam sekejap, sisa-sisa bom yang belum meledak langsung meledak sekaligus!

Bom kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Bom ini lebih kuat dan bertujuan untuk meluluh lantahkan seluruh lantai!

Di dalam ruangan Inggrid, lantai-lantainya itu sudah mulai retak dan atap ruangannya juga siap menimpa siapapun yang ada di bawahnya.

"AWAS!" Randika langsung berteriak sambil berlari ke arah Inggrid.

Kapan saja ruangan ini bisa roboh dan mereka akan terjun bebas ke bawah.

Karena ledakan bom barusan, gedung ini akhirnya mulai roboh dari lantai paling atas menuju ke bawah. Ini sudah seperti bermain balok susun, satu per satu bagian mulai runtuh ke bawah. Untungnya saja, gedung yang roboh ini hanya pada satu sisi saja. Jika seluruh gedung itu roboh maka dipastikan bahwa korban akan mencapai ribuan.

Bagaimanapun juga, bom yang digunakan Anna ini sudah cukup banyak untuk meruntuhkan gedung ini sepenuhnya jadi kemungkinan gedung ini runtuh sepenuhnya masih tinggi.

Di sisi lain, para penonton kejadian ini sudah terkejut bukan main.

Gedung besar itu mulai roboh dan barang-barang mulai berjatuhan dari atas. Di antara barang-barang itu tidak jarang mereka melihat orang-orang yang ikut terjun bersama barang-barang tersebut. Teriakan tragis mereka dapat terdengar, ketika mereka sudah sampai di bawah barulah teriakan tersebut terhenti.

Kejadian ini benar-benar mengerikan!

Semua orang melihat dengan mata kepala mereka sendiri dan langsung mengerti betapa kecilnya nyawa manusia di hadapan bencana seperti ini.

Tidak lama kemudian, gedung yang roboh itu akhirnya berhenti bergerak dan sepertinya gedung perusahaan Cendrawasih masih selamat!

Meskipun yang roboh hanya sisi utara, ratusan nyawa telah melayang karena kejadian ini. Belum lagi mereka yang terjebak di antara reruntuhan, mereka masih menunggu dengan penuh harap bahwa bantuan akan segera datang sambil terus berteriak minta tolong.

Dalam sekejap, gedung nomor 1 di kota Cendrawasih ini sudah setengah roboh.