Legenda Dewa Harem

Chapter 261: Selamat Pagi Kakak Tertua!



Melihat Hannah yang menggoyang-goyangkan kakinya di udara, Randika menelan air liurnya.

Benar, dia menelan air liurnya!

Randika melihat kaki panjang adiknya yang mulus itu terbuka lebar hingga ke pahanya, celana yang dipakai adik iparnya ini juga benar-benar pendek.

Selain pendek, celana yang dia pakai juga terlihat tipis. Dengan penglihatan supernya, Randika bisa melihat jejak-jejak garis yang menyerupai sebuah celana dalam.

Hannah belum menyadari bahwa Randika memperhatikan dirinya dengan tatapan mesum. Karena kakak iparnya itu sama sekali tidak bersuara, dia menoleh dan berkata padanya. "Kak, kenapa kok diam saja?"

Tetapi setelah melihat Randika yang memperhatikan dirinya lekat-lekat, Hannah merasakan ada yang salah.

Setelah 2 detik, Hannah menyadari bahwa kakinya terlalu terbuka lebar. Dalam sekejap dia berteriak histeris.

Randika menutup telinganya dan langsung berlari menuju lantai atas. Teriakan adiknya itu tidak kalah kuat dengan kakaknya Inggrid, benar-benar saudara!

Hannah yang kesal segera mengambil bantal yang ada di sofa. Awalnya dia ingin menghajar kakak iparnya dengan bantal, tetapi targetnya itu sudah melarikan diri.

"Huh…" Wajah Hannah menjadi cemberut. "Aku akan membunuhmu jika kita bertemu lagi."

Randika yang berlari dengan cepat itu merasa lega ketika masuk ke dalam kamarnya. Sepertinya dia berhasil lolos dari terkaman singa.

Setelah berganti baju, Randika berjalan menuju komputer dan menghubungi Yuna. Tak lama kemudian, wajah cantik Yuna muncul dari balik layar.

"Ran? Apa kamu sudah kangen denganku meskipun kita baru berpisah beberapa hari?" Pakaian yang dipakai Yuna benar-benar longgar dan sexy. Bajunya itu hampir tidak menutupi dadanya yang besar itu, jika Yuna berdiri sedikit saja maka putingnya dapat terlihat dengan jelas.

Bisa dikatakan bahwa selain berparas cantik, dada Yuna menjadi senjata andalannya untuk meraih hati Randika.

Siapa yang bisa menolak keindahan yang tiada tara seperti itu? Wajah cantik, dada besar, pinggang kecil, kaki yang panjang dan mulus merupakan idaman semua pria!

Tidak jarang banyak perempuan menggunakan tubuhnya untuk mendapatkan apa yang dia mau, laki-laki memang mudah tergoda dengan perempuan cantik.

Tetapi Randika bukanlah orang seperti itu, tekadnya benar-benar kuat. Setelah menatap dada indah itu selama 5 detik, akhirnya dia tersadar. "Yuna, aku mencarimu karena aku butuh sesuatu."

"Apa yang bisa kubantu? Ah! Apa kamu ingin foto adikku ketika mandi bersamaku?" Yuna tertawa, hal ini membuat dadanya bergoyang dengan hebat.

Karena tekadnya untuk menghargai karya seninya yang kuat, Randika memperhatikan kedua gunung itu dengan seksama. Ketika Yuna menyadari tatapan mata Randika, dia justru menopang dadanya dengan kedua tangannya yang membuatnya makin besar.

"Kamu bisa memilikinya jika kamu ingin."

"Uhuk!" Randika terbatuk dan wajahnya kembali serius. "Aku ingin kamu membangun laboratorium kita kembali. Kali ini, jangan memberitahu lokasinya ke siapapun bahkan pada Catherine. Kalau bisa, pisahkan pengeluaran dan sistem datanya dengan markas utama."

Yuna mengangguk. "Baiklah, lagipula istana bawah tanah kita sedang dalam proses rekonstruksi jadi aku bisa meminta dana pada Catherine dengan alasan untuk membangun jaringan informasiku."

"Satu hal lagi yang ingin kusampaikan. Aku ingin kamu meneruskan perkembangan ramuan X tetapi dengan sedikit perubahan."

"Perubahan?" Yuna merasa penasaran.

"Kamu bisa mendiskusikannya dengan para peneliti lainnya, aku ingin ramuan X bukan menekan kekuatan misteriusku tetapi menyerapnya agar bisa kukendalikan."

Yuna mengangguk. "Baiklah akan kucoba, seharusnya pembangunan laboratorium kali ini akan jauh lebih cepat."

"Tetapi jangan sampai kamu melupakan tanggung jawabmu sebagai ketua divisi intelinjensi. Bulan Kegelapan masih hidup dan masih banyak bahaya yang mengintai, jadi jangan lengah."

Setelah berbincang-bincang sedikit, Randika mematikan video call mereka dan memikirkan kata-kata Shadow tadi. Randika mau tidak mau menjadi khawatir, dia hanya bisa berharap Arwah Garuda bisa menemukan keberadaannya dengan cepat.

.......

Matahari terbit dan burung-burung berkicau, Randika membuka matanya dan terbangun dari tidurnya.

Dalam sekejap dia menyadari bahwa dia sendirian di atas tempat tidur. Inggrid rupanya bangun lebih pagi dan meninggalkan dirinya. Sepertinya dia harus memberikannya hukuman keluarga karena sudah meninggalkan dirinya diam-diam.

Randika tertawa dan memutuskan untuk bangun. Namun, udara yang wangi masuk ke dalam hidungnya. Sepertinya aroma tubuh Inggrid melekat di bajunya.

Sejujurnya, Inggrid adalah tipe orang yang tidur lebih cepat dan bangun lebih pagi. Inggrid adalah orang yang menaruh perhatian yang besar pada kesehatan tubuhnya, jadi dia sangat memperhatikan jam tidurnya. Bagaimanapun juga, tidur membuat seorang perempuan lebih cantik.

Jadi jika boleh dikatakan, lebih baik berhubungan badan pada pagi hari daripada malam hari. Namun, Randika jarang sekali melakukannya di pagi hari. Kebanyakan Inggrid selalu bangun lebih dulu daripada dirinya jadi sangat disayangkan.

Setelah turun dari tempat tidur, Randika hendak cuci muka. Dia lalu menyadari ada handuk dan peralatan sikat gigi di atas meja. Tindakan kecil Inggrid ini membuat Randika terasa hangat di hatinya, istrinya benar-benar perhatian padanya.

Sambil bersiul dan menggoyangkan pantatnya, Randika menggosok gigi dan mencuci mukanya dengan gembira. Setelah selesai, dia turun ke lantai bawah dan bersiap untuk sarapan.

"Wah nak Randika pagi-pagi sudah bahagia, ada kejadian bagus apa?" Ibu Ipah tersenyum dan membawakan sarapan ke meja makan.

"Tidak ada kejadian khusus kok bu." Kata Randika sambil tersenyum. "Menurut ibu apakah aku tambah ganteng?"

"Tentu saja, nak Randika tiap hari tambah ganteng. Nak Randika dan nona adalah pasangan sempurna yang ditakdirkan untuk bersama." Kata Ibu Ipah sambil tersenyum.

"Aku senang mendengarnya." Kata Randika sambil tertawa, dia tidak menyangka bahwa Ibu Ipah bisa menjilat seperti itu.

Setelah sarapan, Randika keluar dari rumah. Karena tidak ada uang, Randika tidak punya pilihan lain selain menuju kantor. Tetapi dia menikmati jalan paginya ini dengan berjalan secara perlahan dan menikmati waktu santainya ini. Sesampainya di depan gedung, dia mengecek jam dan sekarang baru 08.55 pagi, masih ada waktu 5 menit untuknya.

Randika menghela napas, dia aslinya malas untuk datang pagi-pagi seperti ini.

Randika lalu berjalan menuju lift sambil berwajah ogah-ogahan sementara karyawan yang lain berlarian menuju ruangan mereka karena takut terlambat.

Ketika Randika sampai di lobi depan, dia menyadari ada kerumunan orang berjas hitam di depan pintu masuk. Kalau dihitung-hitung, terlihat ada 20 orang yang menunggu dengan diam di pintu masuk lobi.

Para karyawan yang baru datang tidak bisa tidak penasaran dengan mereka, ngapain mereka ada di sini?

Randika memperhatikan kerumunan orang itu dari jauh dan mengerutkan dahinya, orang-orang itu pasti mengincar dirinya.

Kenapa Randika yakin? Karena pengalamannya sebelumnya dengan perusahaan Galaksi ataupun dengan Yosua, membuatnya sadar bahwa jika ada gerombolan seperti ini, hampir 90% mereka mencari dirinya.

Namun, buat apa Randika takut sama ikan teri seperti itu?

Ketika Randika melewati mereka, tiba-tiba seseorang dari orang berjas hitam itu menepuk tangannya. Kemudian 20 orang berjas hitam itu membagi diri mereka jadi 2 dan memberikan jalan bagi Randika sekaligus berteriak bersamaan.

"Selamat pagi kakak tertua."

Semuanya lalu membungkuk bersamaan!

Wajah Randika benar-benar terlihat bingung.