Legenda Dewa Harem

Chapter 175: Bersatu Kembali



"Ada apa ya?" Si kepala desa sudah menghampiri Randika dan menatapnya. Di desa ini, selain dari pemain dari bisnis perdagangan manusia ini, orang luar yang datang ke desanya dalam sebulan nyaris mencapai 0.

"Apa ada orang yang menjual perempuan datang ke desamu ini?" Randika bertanya dengan santai, di saat yang bersamaan, dia menatap sang kepala desa lekat-lekat.

Tubuh si kepala desa ini sedikit gemetaran awalnya. Ketika dia hendak menjawab, Randika menambahkan. "Santai saja, aku bukan polisi. Aku ke sini untuk mencari seseorang."

Kepala desa itu menghela napas lega, tapi Randika bisa tahu dengan jelas dari reaksi si kepala desa ini bahwa dia berada di jalur yang benar.

"Nama penjualmu itu apakah bernama Santoso?" Tanya Randika.

Si kepala desa menganggukan kepalanya. "Benar, dia membantu kita mencarikan perempuan untuk dijadikan istri bagi desa ini."

"Aku ke sini hanya ingin bertemu dengan Santoso." Kata Randika sambil tersenyum.

Ketika mendengar Randika ingin bertemu dengan Santoso, kepala desa menganggap Randika adalah teman dari Santoso.

Christina masih terikat di dalam ruangan gelap di rumah kepala desa. Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, apakah ini akhir dari dirinya?

Pada saat ini, anak si kepala desa masuk ke dalam ruangan dan melihat Christina menangis.

"Kenapa nangis?" Si anak ini menjadi cemas. "Kamu tidak perlu takut."

Tapi Christina sama sekali tidak memperhatikan pria itu, justru tangisannya semakin menjadi-jadi. Dia menundukan kepalanya dan air mata mulai mengucur deras.

"Sudahlah berhenti menangis, aku kurang suka melihatmu menangis." Hati si anak ini mulai luluh, dia lalu berusaha mendudukan Christina dengan benar.

"Sebentar lagi kau akan menjadi keluarga desa ini, bersabarlah ya!" Si anak itu mengusap air mata Christina. Tetapi mendengar kata-katanya itu, Christina semakin menangis. Dia berpikir sudah tidak akan pernah bertemu dengan ibunya lagi.

Pada saat ini, Randika sudah berada di depan rumah kepala desa. Dan Santoso penasaran dengan sosok orang yang datang ini.

"Pak kepala desa, siapa orang ini?"

"Tenang saja, aku ke sini untuk bertemu denganmu." Kata Randika dengan santai. "Mana perempuan yang hari ini mau kau jual itu?"

"Perempuan? Perempuan apa?" Santoso merasakan firasat buruk. Kenapa orang asing ini tahu bahwa dia menjual perempuan?

Randika hendak menyiksa orang tersebut tetapi dia mendengar suara tangisan teredam dari dalam rumah. Meskipun kecil, suara itu berhasil ditangkap oleh telinga Randika.

Christina!

Dalam sekejap Randika sudah mendobrak masuk dan melihat seorang pria sedang memegang kedua tangan Christina sambil berusaha melepaskan bajunya. "Sudah tenang saja, tidak usah malu begitu dengan suamimu. Setiap hari kita akan berhubungan badan hingga punya anak."

"Dasar pria laknat!"

Randika benar-benar murka. Bahkan si anak kepala desa itu belum menoleh, Randika sudah melayangkan pukulannya dan membuat seluruh tubuh si anak tersebut melayang dan membentur tembok dengan keras.

Christina, yang menutup matanya dan sudah pasrah itu, terkejut ketika mendengar suara yang mirip dengan Randika. Ketika dia membuka matanya dan melihat sosok orang yang melayang, dia berpikir bahwa semua ini nyata.

Christina mengangkat kepalanya dan melihat sosok Randika, hatinya segera mengepal.

"Jangan khawatir, aku sudah ada di sini." Randika dengan cepat melepaskan ikatannya Christina dan memeluknya. Dia memeluk sosok perempuan yang hampir hilang dari hidupnya itu.

"Aku pikir aku sudah tidak bisa melihatmu lagi. Aku benar-benar takut kehilanganmu." Christina sudah tenggelam dalam air matanya. Dia merasa pelukan Randika ini adalah tempat terhangat dan ternyaman yang pernah ada.

"Kau ini siapa? Berani-beraninya menyentuh barang daganganku!" Pada saat ini, Santoso sudah masuk ke dalam dan melihat pemandangan mengejutkan ini.

Namun, Randika nampaknya tidak mendengarnya dan masih terus memeluk sekaligus menenangkan Christina.

"Sudah berhentilah menangis, aku akan membawamu pulang. Atau kamu ingin di rumah ini selamanya?" Kata Randika sambil mengusap air mata Christina.

Christina mengangguk dan dirinya digendong oleh Randika, mereka berdua lalu berjalan keluar dari rumah gelap itu. Pada saat ini, Santoso sudah marah-marah.

"Hei mau ke mana kalian? Itu barangku yang kau curi! Berani-beraninya kau berbuat seperti itu, aku akan ….."

Sebelum dirinya bisa mengancam Randika, dia sudah terpental jauh berkat tendangan Randika. Kata-katanya itu berubah menjadi ringkikan kesakitan. Seluruh tubuhnya menyebarkan rasa sakit dan membuatnya pingsan.

Sambil terus menggendong Christina, Randika meludahi tubuh Santoso.

Di satu sisi, si kepala desa hanya melihat semua ini dari samping dengan wajah ketakutan.

"Kamu mau jalan sendiri?" Tanya Randika dengan nada lembut.

Christina masih menangis pelan, tetapi tawaran Randika itu segera dia terima. Namun karena belum makan sejak kemarin, kaki Christina masih lemas dan akhirnya dia memutuskan untuk duduk terlebih dahulu. Sedangkan Randika, dia mendatangi Santoso dan menendangnya hingga terbangun.

"Kau! Apa maumu!" Wajah Santoso ini benar-benar sudah ketakutan.

Randika hanya menatapnya dengan ekspresi datar, dia benar-benar marah. Mau itu Christina ataupun orang lain, orang di hadapannya ini berani menjual sesamanya manusia hanya demi uang. Sifat busuk ini benar-benar memuakkan!

Terlebih lagi, dia berani menyentuh dan menjual perempuan milik Ares!

Tanpa berkata apa-apa, Randika mengangkat Santoso dengan tangan kanannya.

"Aku peringatkan, kau tidak ingin berurusan dengan orang-orang yang berdiri di belakangku. Mereka bisa membunuhmu dengan mudah!" Kata Santoso dengan nada dingin.

Tangan kiri Randika menggenggam erat tangan kanan Santoso. Dengan santai, Randika menariknya hingga bahunya copot dari sendinya!

"Kenalkan aku dengan mereka." Kata Randika dengan pelan.

Kemudian dia membawa Santoso ke dalam rumah dan mengambil tali yang mengikat Christina sebelumnya. Dia lalu melilitkannya di leher Santoso.

Randika mencekiknya hingga dia sekarat. "Katakan siapa bosmu itu atau kamu akan mati di sini."

"Baiklah…."

Santoso tidak memiliki pilihan, dia hanya bisa memberitahu informasi yang Randika inginkan agar terus hidup. Setelah lepas dari lilitan tali tersebut, Randika menendangnya dan menindihnya. Kali ini dia mengambil tangan kirinya yang masih utuh itu dan mematahkannya.

Rasa sakit luar biasa langsung membuat Santoso merasa ingin mati. Tetapi rasa bencinya terhadap Randika membuatnya terus tersadar.

"Aku akan mengingat wajahmu itu, ketika bosku mendatangimu aku akan menari di atas mayatmu sambil memerkosa perempuanmu itu! Tidak ada orang yang bisa lolos dari kejaran kami!"

"Berisik!"

Randika lalu menyumpal mulut Santoso dengan baju. Dalam sekejap Santoso sudah tidak bisa berbicara dan hanya bisa menahan rasa sakitnya.

Sedangkan untuk masalah bosnya, itu adalah masalah lain. Selama bosnya itu tidak ngapa-ngapain maka Randika tidak akan menyentuhnya.

Randika menatap tajam Santoso dan berencana membuatnya kapok dengan dunia perdagangan manusia. Profesi ini benar-benar haram dan tidak manusiawi. Sebagai sesama makhluk hidup, bisa-bisanya mereka menjual sesama mereka demi uang? Sudah berapa banyak orang yang sudah dijual oleh orang ini?

"Aku rasa kamu sudah tidak butuh kakimu itu." Kata Randika dengan pelan. Kemudian dengan santainya dia mengangkat kakinya dan menginjak kedua tulang kering Santoso. Tulang-tulangnya itu benar-benar menjadi serpihan.

"Mmm! Hmmm!"

Santoso hanya bisa berteriak kesakitan, Randika benar-benar tidak memberi ampun. Setelah mematahkan tangannya dan mencopot bahunya dari sendinya, Randika memastikan bahwa orang ini tidak bisa berjalan lagi.

Tidak ada pengampunan yang layak untuk orang semacam ini!