Legenda Dewa Harem

Chapter 112: Menyelamatkan Christina



Christina lagi-lagi yang menghalanginya untuk berhubungan badan dengan Viona. Hal ini membuat Randika membencinya bukan main.

Tetapi, ketika melihat wajah Christina yang pucat itu, dia mengerutkan dahinya.

Pada saat ini wajah Christina sudah tidak berwarna dan pucat, benar-benar sudah seputih kertas.

Dan pandangannya kini sudah tidak bisa melihat apa-apa setelah berhasil mengebel rumah Viona. Seluruh badannya tidak bisa berhenti gemetar, dirinya seakan-akan bisa mati kapan saja.

"Tolong… Aku…"

Mulut Christina hanya bergerak sedikit, kalau bukan karena pendengaran supernya maka Randika tidak akan bisa mendengarnya.

Setelah mengatakannya dengan suara pelan, Christina sudah kehilangan kekuatannya dan tubuhnya jatuh ke depan.

Randika dengan cepat menahannya dan menggendong Christina.

"Sudah kubilang apa." Randika menggelengkan kepalanya. Dia sudah memperingatkan Christina tentang penyakitnya ini tapi dia tidak mendengarkannya. Untungnya, dia masih sempat datang ke sini dan bertemu dengan dirinya.

Dia lalu mengambil kunci yang dipegang oleh Christina dan masuk ke rumahnya. Setelah meletakannya di kasurnya, Randika menulis pesan singkat pada Viona melalui handphonenya.

Rupanya Christina ijin pulang cepat karena rasa sakit di dadanya itu makin sakit. Namun, di tengah perjalanannya rasa sakit itu mereda jadi dia tidak jadi memeriksakannya.

Ketika dia hendak membuka pintu rumahnya, rasa sakitnya itu muncul kembali dan jauh lebih kuat.

Dengan sisa tenaganya, dia berjalan pelan ke tetangganya yaitu Viona.

Randika lalu membuka baju Christina dengan cepat.

Sekarang, Christina hanya berbalutkan pakaian dalam saja.

Tetapi Randika tidak berhenti di situ, dia dengan cepat memutar badan Christina dan melepas pengait behanya itu.

Sekarang, dada Christina dengan jelas mencuat keluar dan memenuhi mata Randika.

Bundar dan besar serta putingnya yang pink itu benar-benar membuat Randika menelan air liurnya.

Hal ini membuatnya kaget dan setelah memikirkannya, ternyata ukuran dada Christina yang sebenarnya adalah D!

Sialan, ternyata selama ini dia salah dan tertipu.

Melihat bagian atas Christina yang telanjang itu dan wajahnya yang tenang, perempuan ini benar-benar terlihat cantik.

Oh! Mikir apa kau Randika? Selamatkan dia dulu dan mungkin nanti dirinya akan mendapatkan yang lebih!

Randika berhasil menenangkan dirinya dan mengeluarkan jarum akupunturnya.

Stok jarum akupuntur Randika telah berhasil kembali diisi ketika dia pulang ke gunung kapan hari oleh kakek ketiganya.

Randika sudah berkonsentrasi penuh. Tenaga dalamnya sudah mengalir deras pada jarumnya dan tangannya, dia lalu menusukannya ke dada Christina.

Penyakit Christina berkonsentrasi pada dadanya yang disebabkan oleh depresi dalam jangka lama dan bawaan sejak lahir. Penyembuhan ini memiliki dua tahap. Yang pertama adalah menyalurkan tenaga dalam Randika dan menghentikan penyebaran penyakit itu. Tenaga dalamnya akan berfungsi sebagai pelindung sekaligus menekan penyakit tersebut.

Baru setelah tahap mudah ini berhasil maka sisanya adalah momen penentuan hidup dan mati.

Randika dengan cepat mengeluarkan jarum yang kedua dan menusukannya kembali. Dalam sekejap 9 jarum sudah menancap di dada Christina.

Puting milik Christina benar-benar menggoda di mata Randika, tetapi dia tidak boleh kehilangan fokus saat melakukan penyembuhan ini.

Randika selalu kehilangan fokus pada momen-momen krusial seperti ini, tidak jarang kakek ketiga akan memakinya keras-keras karena hal ini. Oleh karena itu, berbagai cara telah dilakukan oleh kakeknya itu untuk membuat Randika tetap terfokus.

Setelah merasa Randika sudah cukup mampu, kakeknya itu mengajarkannya pada tubuh manusia secara langsung. Ketika pengobatannya itu sudah tengah jalan, kakek ketiganya berdiri dan mengatakan bahwa pasien tersebut akan mati kalau dia kehilangan fokus.

Randika pada saat itu jelas gugup tetapi berkat arahan dan kepercayaan kakeknya itu, Randika bisa memahami betapa berharganya nyawa dan kebulatan tekad.

Oleh karena itu, walaupun menggoda, Randika tetap fokus pada pengobatannya dan melupakan puting yang indah itu.

Setelah mendudukkan Christina, Randika meletakan tangannya di punggung Christina dan membiarkan tenaga dalamnya mengalir.

Tiba-tiba, tangan Randika sudah panas bagaikan oven. Christina merasakan tubuhnya menjadi hangat dan rasa sakitnya di dadanya mulai menghilang.

Dengan aliran tenaga dalamnya itu, wajah pucat Christina perlahan mendapatkan warnanya kembali. Bibirnya kembali mendapatkan warnanya dan tubuhnya mulai merespon dengan baik.

Proses ini berlangsung beberapa menit. Lalu mata Randika terbuka dengan cepat dan tamparan tangannya pada punggung Christina membuat seluruh tubuh perempuan ini berbalik. Dengan gerakan secepat kilat, Randika melepas semua jarum di dada Christina.

Kemudian tangan Randika menempel di tengah-tengah dada Christina.

Inilah tahap terakhir dan paling krusial. Ketika tangannya itu menyentuh Christina, tenaga dalamnya langsung mengalir deras dari tangannya. Saking terkonsentrasinya, Randika lupa kalau Christina ini adalah perempuan.

Sensasi empuk dari apitan dada Christina itu terasa nikmat. Tanpa sadar, tangan Randika satunya malah mencubit pucuk gunung milik Christina itu. Christina yang tak sadarkan diri itu merasakan cubitan itu dan sensasi hangat dari dadanya.

Namun, karena tindakan nakalnya ini, tenaga dalamnya Randika menjadi kacau dan wajah Christina menjadi pucat kembali.

Randika lengah, dia dengan cepat berkonsentrasi kembali dan menyalurkan kembali tenaga dalamnya.

Namun, wajah Christina berangsur kembali normal dengan cepat.

Randika menutup matanya kembali, inilah saat-saat penentuan. Dia tidak boleh lengah ataupun terlalu rileks.

Setelah 10 menit berlangsung, rona wajah Christina sudah kembali sedia kala dan Randika sudah bernapas lega.

Membuka matanya dan dia melihat Christina sudah bernapas dengan normal. Randika tersenyum lebar, perempuan ini berhutan budi padanya.

Pada saat ini, Randika justru mengamati kecantikan Christina.

Christina memang bukan sembarangan perempuan. Kecantikannya yang terpancarkan benar-benar natural. Wajahnya yang bulat dan bibirnya yang kecil membuat Randika tidak tahan ingin menciumnya.

Belum lagi, puting milik Christina ini benar-benar indah sekali.

Warna pinknya sangat cerah.

Meskipun Christina sudah tergolong tidak muda di usianya sekarang, tubuhnya ini bisa membuat para supermodel menangis. Randika diam-diam memuji Christina yang benar-benar merawat dirinya ini.

Melihat Christina yang masih menutup matanya itu, Randika teringat akan sensasi tangannya yang diapit oleh kedua gunung ini. Benar-benar empuk!

Seharusnya memegangnya lagi tidak masalah bukan? Lagipula dia masih belum bangun dan dia sudah menyelamatkan hidupnya. Yah anggap saja ini pajak.

Semakin Randika memikirkannya, semakin dia tergoda melakukannya. Kemudian dia menjulurkan tangannya itu.

Sekali lagi, hati Randika menjadi gembira bukan main.

Kedua tangannya itu berhasil menopang kedua gunung ini dan baginya ini adalah sensasi empuk yang sudah lama dia dambakan.

Tanpa sadar, Randika menyebul salah satu pucuk yang menjulang tinggi itu.

Tiba-tiba, Christina mengeluarkan desahan. Randika yang terkejut langsung menarik tangannya. Setelah beberapa detik, Christina tampak masih belum bangun.

Randika terkejut bukan main barusan, benar-benar menakutkan.

Kemudian, Randika memutuskan lagi untuk berpetualang.

Christina merasa dadanya itu seakan tertutup oleh sesuatu dan seperti ada yang meremas-remas dadanya itu. Sensasi aneh ini membuatnya mengangkat kelopak matanya tetapi rasa lelah membuatnya tertidur sekali lagi.

Namun, sensasi aneh itu terasa lagi di dadanya. Kali ini sensasi itu terasa seperti sebuah tangan memegang dadanya dan mencubit putingnya. Terlebih, tangan itu tidak bisa berhenti bergerak.

Lalu Christina yang masih setengah sadar itu terbangun dan menyadari sesosok orang muncul di hadapannya.

Siapa dia? Kenapa dia di depanku?

Dalam hitungan detik sosok orang ini mulai terlihat jelas di matanya.

Meskipun masih buram, sosok orang ini jelas seorang laki-laki dan entah kenapa senyumannya itu familiar sekali. Saat dia menutup matanya kembali, dia merasakan sensasi aneh di dadanya itu masih berlangsung.

Tiba-tiba, Christina dengan cepat membuka matanya dan melihat ke bawah. Tangan lelaki itu ada di dadanya!

Dan dia tidak memakai apa-apa selain celana dalam!

Randika yang masih fokus memainkan mainan barunya itu benar-benar tidak sadar bahwa Christina sudah terbangun.

Dia terus menilai manakah yang lebih empuk dan lebih bundar, milik istrinya atau Viona atau Christina?

Christina sudah naik darah dan mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.

"Dasar mesum!"

Mendengar suara ini, Randika mengangkat wajahnya dan mendapatkan souvenir yang menyenangkan.

PLAK!

Nyaring dan enak didengar, Randika yang tertampar itu tidak bisa berkata apa-apa.

Kapan dia bangun?

Ada sedikit kecanggungan di senyuman Randika. "Yah setidaknya kamu sehat kembali. Biarkan aku jelaskan semua ini.��

"Penjelasan apa? Jelas-jelas kamu ingin memperkosaku!" Christina sudah menutupi dadanya dengan tangannya.

"Wow, tunggu dulu, dengarkan penjelaskan dulu." Randika mulai panik.

"Tidak perlu berdalih, lelaki macam kamu selalu mengincar perempuan rapuh sepertiku." Christina sudah ingin menangis tetapi dia menyadari Randika hanya memandanginya sambil terdiam.

Dia lalu tersadar bahwa dia masih setengah telanjang, dia lalu berteriak keras.

"Ahhh!"